D K❤️ Dear Kiandra - 2
by lizna_alma
PoV 3 (Omniscient)
__
Kian tergesa-gesa keluar dari kubikel lift yang berjalan sangat lambat dipikiran Kian, salahnya dia yang telat bangun setelah acara tidurnya dilanjut setelah subuh.
09.15
Come on, come on......
Lantai marmer itu menggema oleh langkah kaki Kian yg makin dipercepat saat melihat lantai 5 divisinya sepi, tidak seperti biasanya yang ramai celoteh Anggi, Rena dan Tiwi sedang bergosip dan berdandan atau Irwan dan Arief yang sedang sarapan.
Kian berjalan ke arah kanan, ke pintu tempat meeting yang pasti sudah berlangsung 15 menit yang lalu, semoga saja belum dimulai.
Ok ok.
Alasan apa ya yang belum gw pake?
Macet? Udah sering.
PMS? Minggu kemarin udah.
Nolongin nenek-nenek nyebrang jalan? Udah.
Kiandra mengetuk pintu pelan sambil mendorongnya, sebagian kepalanya menyembul membuat semua anggota meeting menoleh dan menatap dirinya, Kiandra menelan ludah.
"Kiandra Larasati...,"ucap ibu Peni, atasan tersayangnya -tanda kutip- yang terlihat ingin menerkam dirinya, Kiandra tersenyum tanpa dosa.
"Pagi bu Peni yang cantik dan sexy...," ucap Kiandra yang sudah sepenuhnya masuk kedalam ruang meeting, matanya bisa melihat cengiran tersembunyi teman-temannya. Tiwi, Irwan, Arif dan yang lain membuatnya mencibir, teman apa yang senang diatas penderitaan orang lain...
"Selamat siang Nona Kian... alasan apa untuk keterlambatanmu hari ini? Jangan bilang macet, bantu nenek-nenek nyebrang, saya sudah bosan...," ucap ibu Peni sambil mengetuk jarinya di meja tidak sabar.
Syiiit..., "ehm, saya lagi P-" ucapan Kian dipotong cepat oleh ibu Peni.
"Jangan bilang PMS karena sudah kamu pake minggu lalu." ibu Peni sang hiu palu menunjuk Kian dengan pulpen yang dia pake, diam-diam teman-temannya cekikikan.
Kiandra berdehem sambil memutar otaknya.
"Ehm... jadi, ehm mampet bu, iya benar... kamar mandi saya mampet, terus air juga gak jalan, jadi saya tunggu sampe air isi lagi bu..." sip... alasan baru...
"Oke... what ever alasan kamu, ini yang terakhir atau saya kirim kamu ke Pekanbaru...," ucap ibu Peni dengan mata melotot.
"Siap bu." Kiandra lalu cepat-cepat duduk disamping Tiwi.
"Kebiasaan lo...." bisik Tiwi masih cekikikan.
"Jadi team, seperti yang saya ucapkan tadi bahwa Manager Perencanaan akan pindah tugas ke kantor pusat minggu depan dan besok Manager baru akan datang."
Kiandra sedikit kaget saat ibu Peni mengatakan pak Gatot akan di transfer ke kantor pusat di Singapura, ternyata berita itu benar-benar ada. Hilang sudah bapak-bapak penyayang tukang traktir Kiandra, apa kabar dompet nih....
"Ki... katanya Yang gantiin pak Gatot single guanteng selangit... mirip artis," bisik Tiwi lirih.
"Lulusan luar negeri, horang khaya...." sambung Rena disamping Kian.
"Nah kita sebagai rekan kerja beliau nanti, bekerja dengan profesional, perlihatkan kalau team perencanaan dan team lain yang ada di lantai 5 ini punya kinerja yang bagus" ucap ibu Peni.
"Dan miss tukang telat!!" ucap bu Peni menatap tajam Kiandra membuatnya meringis, teman-temannya cekikikan.
"Hari ini terakhir kamu terlambat tanpa saya beri sangsi, peringatan terakhir untuk kamu!" ucapnya lagi lalu membubarkan meeting, Kiandra menghela nafas lelah. Lelah karena pagi-pagi sudah dapat ceramah.
"Kenapa sih telat mulu Kian? Gak ada jam weker apa dirumah lo." Arif berdiri, bersiap keluar ruang meeting.
"Dia mah gak usah pake weker, toa masjid deket rumahnya tuh udah cukup kenceng, paling molor lagi." Irwan berdiri mengikuti Arief.
"Gw masih ngantuk, kemarin gw pulang acara ultah Anggi jam 2, telat tidur." Kiandra masih duduk dengan menengadahkan kepala, menguap lebar.
"O iya, lo gak sama Anggi berangkatnya?" ucapan Tiwi membuat Kian membuka matanya kaget.
"Loh, dia belum masuk?" Kian baru menyadari tidak ada Anggi sejak tadi.
"Bocah sableng, ponselnya gak bisa dihubungi, team expedisi udah butuh data pengiriman barang ke customer hari ini, surat jalan belum gw bikin semua," ucap Tiwi manyun.
Kemana tuh anak....
"Udah ayo kerja dulu, tar mamih lo manyun lagi loh ki," ucap Irwan sambil berjalan keluar ruang meeting diikuti oleh Arif, Tiwi dan Kiandra yang masih sibuk menghubungi Anggi namun masuk voicemail.
[ Nggi... lo gak kerja? ] send
[ Lo ga papa kan? ] send
Sudah hampir 5 menit tidak ada jawaban, Kian mulai menjalankan pekerjaannya sebagai admin a.k.a asisten HRD merangkap apa saja yang dibutuhkan oleh ibu boss HRD'nya, kacung berganda kalau kata Anggi.
Yaa benar sekali... Kiandra banting setir dari cita-cita pengin menjadi dokter berubah menjadi seorang admin, miris memang tapi... Kiandra harus bersyukur.
Gak meng-underestimate lulusan kampus ecek-ecek, tapi perusahaan besar akan mempertimbangkan lulusan kampus ternama, betulkan???
Teman-temannya yg satu angkatan dikampusnya rata-rata menjadi admin atau operator telpon, paling keren jadi sekretaris direktur melalui lowongan kampus.
Kian kalah waktu itu, ya iyalah gimana mau menang coba? Temannya itu anaknya dosen, dekat juga sama bagian tata usaha yang menyeleksi perusahaan yang melakukan perekrutan, terus pakaian dan segala aksesoris aja mendukung menjadi sekretaris profesional.
Su'udzon aja lo Ki...
Apalah artinya seorang Kiandra yang kalau bayaran aja tunggu dapat Surat Peringatan dulu...
Untung Kian lulus cum laude, jadi ijasahnya mau dipertimbangkan AMF untuk diangkat jadi karyawan tetap. Ya... Udah pasti diterimalah, kalau gak, Bu Peni stress urusin kerjaan Kian.
Pesan dari Anggi masuk ke ponselnya saat Kian sedang membuat notulen rapat kemarin sore.
[ Gw gak papa Kian, sorry gw gak masuk tolong ijinin sama bos gw ]
[ kemarin lo pulang jam berapa Nggi? Di anter Marcel gak? ] Send.
[ Udah dulu ya Ki, tar sambung lagi]
Kian memandang ponselnya dengan layar menampilkan sms terbaru Anggi, tumbenan Anggi gak semangat membicarakan Marcel pacarnya. Apa mereka sudah putus? Syukurlah kalau putus, pacarnya itu penjahat kelamin. Sudah berapa kali Kian menasehatinya, tapi Angi tetap saja tidak mendengarkannya
Bukannya Kian cemburu tapi sudah banyak yang lihat Marcel sering jalan dengan beda-beda cewek saat tidak bersama Anggi, tapi nyatanya cinta terpendam Anggi saat SMA itu kuat banget hingga Marcel yang tahu-tahu menyambut cinta dalam diam Anggi membuat Anggi lupa siapa itu Marcel buaya darat.
Kian bukannya tidak senang temannya bahagia, tapi Kian sudah kenal Marcel sama lamanya dengan Anggi, dan sudah tau betapa playboy-nya laki-laki itu.
"Kamu cuma khawatir Kian, buktinya Marcel gak ngapa-ngapain aku...," ucap Anggi saat itu.
Ya sudahlah, semua terserah Anggi. Lagian sudah dewasa, bukan tugas Kian mengawasinya 24 jam sehari.
"Ekhem." duh, ketahuan lagi....
"Kian, sudah selesai notulen rapatnya?" Ucap singa lapar didepan Kiandra.
"Se-sedikit lagi bu, tinggal merapihkan bahasa sedikit," ucap Kiandra kembali mengetik tulisan stenonya, salah satu keahlian Kian yang gak dimiliki teman-temannya disini, tulisan steno dan kecepatan mengetik 10 jari tanpa melihat keyboard, ada untungnya kelas sekretaris di kampusnya dulu.
"Print beserta jadwal milik saya dan pa Gatot," ucap ibu Peni.
"Baik bu...," ucap Kian, setelah bu Peni pergi Kian menyelesaikan notulennya lalu menghadap bossnya.
"Bu, ini notulen dan jadwal-jadwal milik ibu dan Pak Gatot."
"Duduk Kian...," ucap ibu Peni setelah membaca notulen dan schedulenya.
"Kian, ada yang mau saya informasikan ke kamu," ucap ibu Peni menatap tajam pada Kian, duh mampus mak... jadi dipecat dah nihhh....
"Selama kamu bekerja menjadi staff saya, saya menilai pekerjaan kamu itu bagus. Bahkan terlalu bagus sebagai seorang admin HRD, filling semua rapi, surat kontrak karyawan dan pemberitahuan semua selesai sebelum saya minta," ucap Peni mengetuk pulpennya dimeja, ciri khas sang palu hiu.
Kian masih bingung dengan arah pembicaraan ibu Peni, naik gaji kayaknya nih, apa bonus turun sebelum waktunya?
"Jadi pertimbangan saya, kamu saya promosikan kerja sebagai sekretaris manajer perencanaan yang baru." hah!! Gak aahhh enakan disini bisa ngumpet, gak usah pake make up segala, rok span, blazer bla bla... gak punya duit... kalau Bu Peni dinas bisa kerja sambil makan.
"Ehm tapi bu, saya lebih suka disini, jadi asisten ibu HRD biar dikata galak--" ucap Kian terhenti setelah kelepasan bicara. Menutup mulutnya.
"Apa kata kamu! Saya galak sama kamu soalnya kamu tukang telat! Dasar...."
"Disini aja ya bu... saya gak punya rok bu, pake baju aja asal nih...," ucap Kian sambil memamerkan kemeja hitam dan celana bahannya.
"Not bad kok, kamu gak usah make up juga udah cantik gak kalah sama Tiwi, yang penting kamu rajin nyisir rambut kamu yang awut-awutan mulu itu," ucap ibu Peni membuat Kiandra seketika merapihkan rambut kusutnya yang belum disisir sejak sampai di gedung AMF tadi.
"Jadi sekretaris gak harus pake rok mini, yang penting kerja profesional, saya masih punya blazer waktu gadis, kamu mau??" Model thn 70 an? tidak, terima kasih.
"Saya ada blazer kok bu, blazer kampus," ucap Kiandra membuat ibu Peni tertawa.
"Kamu ini."
💗👠👠👉
Komentar
Posting Komentar