SEJATINYA CINTA Episode 25
SEJATINYA CINTA
Oleh : Athiyah Karim
Episode 25
RUMAH CINTA
Keluarga besar bapak Kyai Hajji Fadli dan bapak Hajji Rusydi mengantar Dina dan Fahmi pindah kerumah baru mereka, tasyakkuran kecil-kecilan diadakan, berdoa bersama berharap rumah yang akan ditinggali oleh keluarga baru tersebut menjadi rumah yang membawa ketenangan kebahagiaan serta menjadi washilah lahirnya penerus perjuangan Baginda Nabi Muhammad SAW untuk terus berdakwah mensyiarkan islam sesuai Ahlus sunnah wal jama’ah.
Rumah berlantai dua yang cukup besar itu bergaya minimalis, terdapat sebuah taman disamping rumah yang dipenuhi tanaman bunga, sayur dan buah serta beberapa rempah-rempah, letaknya cukup strategis tak jauh dari rumah sakit Asy-Syifa’ tempat mereka berdua bertugas, hanya menempuh perjalanan sekitar satu kilometer saja.
Fahmi mengajak Dina berkeliling melihat-lihat rumah tinggal mereka, terdapat enam buah kamar didalamnya, tiga dilantai atas dan tiga lainnya dilantai satu.
“ Kamar tidurnya lumayan banyak ya Mas ? “
Tanya Dina.
“ Iyalah karena aku ingin nanti rumah kita diramaikan oleh anak-anak kita yang banyak “
Jawab Fahmi.
Raut wajah Dina pun berubah merona usai mendengar perkataan suaminya, gadis itu terus melangkah menuju satu ruangan yang berada di lantai dua berdinding kaca, dan ternyata ruang tersebut dijadikan sebagai perpustakaan, terlihat beberapa rak buku berjajar rapi, ada bebrapa rak yang dijadikan tempat untuk menyimpan beberapa kitab klasik, dan sebagian lagi untuk menyimpan berbagai macam buku, Dina terus melangkah menuju ruang lain yang dipenuhi alat-alat fitnes, dan ia terus berjalan menuruni anak-anak tangga menuju ke dapur, kemudian langkahnya terhenti pada satu ruang kosong yang cukup luas disamping ruang tamu depan.
“Ini ruangan apa Mas ?“ Tanya Dina heran.
Fahmi yang sedari awal membuntuti langkahnya, segera mendekap erat tubuh langsing istrinya.
“ Ruangan ini sengaja aku kosongkan, ku siapkan untuk Dinda barangkali besok kita bisa membuka ruang praktik disini bekerja bersama, atau mungkin Dinda ingin mendirikan Taman Pendidikan Alqur’an disini boleh juga pastinya “
Jelas Fahmi.
Dina kembali terharu mendengar ucapan suaminya.
“ Apapun itu selama positif dan bermanfa’at untuk banyak orang, Mas akan selalu mendukung Dinda “
Ujar Fahmi.
“ Terima kasih banyak ya Mas “
Ujar Dina.
“ Ya udah sekarang kita ke kamar dulu yuk ?! “
Ajak Fahmi.
“ Yuk “.
Mereka berdua kembali melangkah menaiki anak-anak tangga menuju kamar mereka, Fahmi menunjukkan dua kamar yang berhadapan kepada Dina .
“ Mas mohon maaf yang sebesar-besarnya sebelumnya kepada Dinda, mengingat kita berdua masih sama-sama belum siap, terutama bila mengingat peristiwa di kamar mandi waktu itu, jadi mungkin lebih baik kamar kita terpisah untuk saling menjaga privasi masing-masing, tapi tidak ada batasan misalkan Dinda mau tidur dikamar mas tentu boleh, begitupun sebaliknya “
Jelas Fahmi gugup takut Dina menolak.
“ Iya Mas nggak apa- apa Dina ngerti kok“
Jawab Dina.
“ Ya sudah kalau begitu Mas bantu Dinda beres-beres ya ?! “
Ujar Fahmi kemudian.
“ Tentu boleh Mas “ Jawab Dina.
Dina pun segera masuk kedalam kamarnya yang cukup luas, terdapat bingkai foto besar tergantung diatas ranjang, membingkai foto pernikahan mereka berdua, Fahmi membantu Dina memindahkan dan meletakkan semua baramg-barangnya.
“ Alhamdulillah akhirnya selesai jua “
Ujar Dina seraya meletakkan baju-bajunya pada lemari pakaian .
“ Ini adalah rumah kita sayang “
Ucap Fahmi sembari memeluk Dina dengan erat.
“ Oh iya hampir lupa, mumpung masih ingat duduk dulu yuk Dinda “
Ajak Fahmi.
Laki-laki itu mengajak Dina duduk ditepi ranjang.
“ Berhubung rumah ini cukup besar,maka kita bagi-bagi tugas, untuk mencuci baju, mungkin sebaiknya kita cuci baju ssendiri-sendiri saja, terus kalau Dinda nyapu, biar Mas yang ngepel, terus kalau Dinda masak kita bisa masak bareng, nanti biar Mas yang cuci semuanya, angkat jemuran dilantai atas itu tugas Mas, Dinda yang nyetrika, Dinda yang siapin makan, Mas yang cuci piring, untuk halaman depan biar Mas yang bersihkan termasuk taman “
Ujar Fahmi panjang lebar.
“ Kok Mas Fahmi bagian yang berat-berat sih?"
Protes Dina.
“ Karena Dinda adalah bidadari jadi nggak boleh kerja yang berat-berat “ t
Tukas Fahmi.
_____
Keesokan harinya Dina tengah sibuk memasak didapur, Fahmi datang menghampirinya, ia telah bersiap-siap untuk berangkat kerumah sakit, hari itu Dina libur tak bertugas.
“ Lagi masak apa sayang ? “
Tanya Fahmi sembari melingkarkan kedua tangannya di pinggul Dina dan membenamkan dagunya pada bahu istrinya.
“ Lagi masak makanan favorit Mas Fahmi, tumis Cumi pedas “
Jawab Dina .
Dina tahu menu-menu makanan favorit suaminya tidak lain dari kakak-kakak iparnya.
“ Boleh Mas cobain dulu rasanya ? “
Tanya Fahmi.
“ Tentu boleh sayang “
Jawab Dina.
Gadis itu segera menyuapakan satu sendok cumi kecil ke mulut suaminya .
“ Gimana Mas ? “
Enak nggak ? “
Tanya Dina ragu.
Fahmi masih menikmati masakan buatan istrinya yang sangat lezat itu .
“ Hmm....... Masya Allah lezatnya “
Puji Fahmi.
Pagi itu Fahmi sarapan dengan sangat lahap menikmati masakan istrinya yang begitu lezat, hingga tak terasa ia telah menghabiskan tiga piring nasi.
“ Ya Allah Mas “
Ujar Dina saat melihat suaminya makan dengan sangat lahap.
“ Maaf sayang aku khilaf “
Ujar Fahmi sekenanya membuat istrinya tak kuasa menahan tawa.
_____
Meski Fahmi belum mencintainya, namun Dina tetap merasa sangat bahagia, karena Fahmi selalu mencurahkan segala perhatiannya kepada Dina, laki-laki itu sangat perduli pada hal-hal kecil sekalipun terhadap istrinya, seperti membersihkan keringat Dina diwajahnya ketika ia sedang gerah, membantu membetulkan jilbabnya, dan terkadang ia juga suka menyisir serta mengikat rambut panjang istrinya.
Tak terasa genapv sepuluh hari sudah Dina tinggal bersama Fahmi dirumah baru mereka, kejutan-kejutan kecil selalu Fahmi berikan kepada istrinya, namun hati Dina terasa gundah, ia sangat merindukan kedua orang tuanya, sejak pindah kerumah baru, Dina belum sempat mengunjungi kedua orang tuanya, wajahnya pun murung dilanda rasa rindu yang begitu besar kepada Ayah Ibunya.
Dina tak memiliki banyak keberanian untuk mengutarakan perasaannya tersebut kepada suaminya, usai sarapan pagi dan beres-beres rumah, Dina lebih banyak berdiam diri di kamarnya.
“ Dinda kenapa ya ? “
Gumam Fahmi saat melihat istrinya hanya berbaring saja di kamarnya dari balik celah pintu yang terbuka.
“ Ting Tong ! “.
Terdengar suara bel rumah ditekan oleh seseorang sebanyak tiga kali,
Dina segera bangkit, ia bergegas melangkahkan kaki untuk segera membuka pintu ruang tamu depan.
“ Mas Fahmi kemana ya ? “
Gumam Dina lirih saat tak mendapati sosok suaminya didalam rumah.
Dina segera membuka pintu, tampak seseorang tengah berdiri membelakanginya, ia memakai gamis berwarna pink salem senada dengan jilbabnya.
“ Iya dengan siapa ? “
Tanya Dina heran.
“ Assalamu’alaikum “
Ujar Fahmi dengan suara mendayu-dayu sembari berbalik menghadap istrinya.
Seketika tawa Dina pun pecah melihat tingkah polah suaminya.
“ Hihihihi Ya Allah Mas ngapain sih ? “
Tanya Dina seraya terus tertawa, hingga ia merasa sakit perut.
Fahmi pun turut tertawa melihat istrinya yang mengaduh sakit sembari memegang perutnya karena terlalu banyak tertawa.
“ Habisnya dari tadi Dinda dieeeem aja di kamar “
Jawab Fahmi.
Dina pun kembali terdiam, ia kembali ingat akan wajah Ayah Ibunya, Fahmi seakan mampu membaca fikiran istrinya.
“ Kenapa nggak bilang kalau kangen Ayah Ibu ? “
Tanya Fahmi.
“ Loh Mas Fahmi kok tahu ? “
Tanya Dina.
“ Udah gih sana ! Cepet ganti baju, Mas anterin“
Ujar Fahmi kemudian.
Dina terkejut tak percaya, ditatapnya wajah suaminya lekat-lekat.
“ Beneran Mas ? “
Tanya Dina tak percaya.
“ Iya Sayang “
Jawab Fahmi.
“ Horeeeee “
Ujar Dina seraya menghambur memeluk suaminya denan erat saking senangnya.
“ Alhamdulillah siang-siang dapet pelukan wanita cantik “
Ujar Fahmi.
Menyadari hal tersebut Dina pun segera melepaskan pelukannya, wajahnya merona merah, ia merasa malu, sedang Fahmi ia tertawa senang.
______
Dina mondar-mandir di depan pintu, ia nampak sangat khawatir, lisannya terus mengucap sholawat dan dzikir, jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, namun Fahmi belum juga pulang, handphonenya tidak aktif, Dina telah menghubungi rekannya dirumah sakit, dan mereka bilang bahwa Fahmi telah pulang dari dua jam yang lalu, gadis itu pun gelisah, segala fikiran buruk bergeliat coba ditepisnya .
" Duuuuh Mas Fahmi kemana ya ? Mana handphonenya gak aktif lagi "
Ucap Dina cemas.
Tak lama kemudian terdengar deru mesin mobil mendekat , yang ditunggu-ditunggu pun akhirnya datang juga, Dina pun segera membuka kunci pintu rumahnya , Fahmi terkejut melihat istrinya belum tidur .
" Assalamu'alaikum ! "
" Waalaikumsalam "
Dina segera mencium tangan suaminya .
" Loh sayang kok belum tidur ? ".
" Gimana Dina bisa tidur, Mas Fahmi belum juga pulang, handphone gak aktif, suster Hani bilang Mas udah pulang dari dua jam yang lalu "
Keluh Dina .
Fahmi merasa bersalah .
" Iya sayang maaf, Mas masih ada urusan, Hp juga lupa nggak di recharge tadi, jadinya lowbat, lain kali kalau Mas belum pulang, Dinda tidur aja, nggak usah nungguin Mas, lagian Mas juga udah punya kunci duplikat rumah ini
" Iya, tapi Mas darimana ? "
Tanya Dina.
Tanpa banyak kata Fahmi menyerahkan sebuah map yang sedari tadi dipegang tangan kirinya .
" Apa ini Mas ? "
Tanya Dina.
" Dibuka dulu dong sayang ?! " .
Dina pun membuka map tersebut, berisi sebuah tiket dan gambar serta surat-surat pendaftaran menuju Baitullah , seketika air matanya menetes, Dina menutup mulutnya tak percaya , apa yang telah lama diimpikannya dan menjadi hajat yang tak pernah lupa ia panjatkan tiap selesai sholat baik wajib maupun sunnah, rindunya itu segera terobati .
Fahmi memeluknya dari belakang, ia memberi kejutan istimewa pada istrinya .
" Ramadhan ini kita Umroh bareng sayang "
Ucap Fahmi lirih.
_______
Ramadhan telah tiba, Pesawat Garuda air line terbang menuju Bandara King Abdul Aziz Jeddah, membawa pasangan suami istri yang baru satu bulan menikah .
Selama berada di tanah suci Fahmi tak henti-hentinya memohon kepada Allah mengharap ampunan, meminta kepada Sang Maha Cinta agar hatinya yang membeku segera melunak oleh siraman Cinta , agar ia dapat segera mencintai istrinya .
Air mata Dina mengucur deras ia tak kuasa menahan rasa syukurnya atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan padanya, sementara ia merasa sangat hina, merasa sangat kecil, dengan banyaknya dosa dan salah yang telah diperbuat.
Sembilan hari adalah waktu yang sangat singkat, Dina dan Fahmi kembali bertolak menuju tanah air tercinta, meninggalkan tanah suci yang akan selalu dirindukan untuk terus kembali dan kembali lagi, menyelusupkan segala kerinduan pada sosok manusia suci yang senantiasa diharapkan syafa'atnya dan kelak dikumpulkan bersama dengannya di surga Allah, ialah Rasulullah SAW manusia mulia, rasa cinta dan rindu kepadanya mengalahkan segala cinta dan rindu pada apapun didunia ini.
______
Setelah pulang dari tanah suci, Fahmi dan Dina kembali menjalani rutinitas sebagaimana mestinya, hanya saja Ramadhan kali ini terasa berbeda dari tahun - tahun sebelumnya , Ramadhan yang disambut dengan penuh suka cita ditemani orang-orang tercinta.
Dina dan Fahmi senantiasa kompak bersama-sama membuat menu-menu baru untuk berbuka dan sahur , Dina tak pernah menduga suaminya lihai dalam memasak, dan membuat aneka kue serta makanan lainnya, masakan buatannya pun tak kalah lezatnya .
" Mas kok pandai banget sih kenapa nggak jadi Cheff saja ?"
Goda Dina suatu ketika .
"Jangan heran sayang, ya gini sudah kalau punya saudara perempuan semua, Mas bakalan jadi bulan - bulanan mbak-mbak kalau gak mau bantuin mereka , pernah Mas nggak mau dulu, ya habisnya kadang malu, sering juga diketawain santri putri karena harus selalu ikutan nimbrung didapur bareng mereka, Mas tolak keras, gak mau lagi ikutan, karena Mas juga laki-laki yang juga punya hoby sendiri kayak main bola, game segala macam, Eh yang ada malah dibawa ke kamar dikeroyok , dijadikan bahan percobaan pas mereka belajar rias pengantin "
Dina pun tak kuasa menahan tawa mendengar kisah suaminya .
" Cantik dong Mas " .
" Maybe " .
" Untung tetep kuat ya , tetep maskulin " .
" Hah ? Maksudnya ? " .
" Ya kalau nggak kan bisa jadi lemah gemulai"
Goda Dina seraya tertawa.
" Wah Dinda ngeledekin Mas nih ? " .
Dina terus saja tertawa, laki-laki itu segera mematikan kompor, dan melepas celemek yang dipakainya .
" Dinda harus dihukum ini ! " .
" Ampun Mas jangaaaan "
Jawab Dina .
Ia pun segera berlari sebelum Fahmi berhasil menghukumnya dengan menggelitik pinggulnya, Fahmi tetap mengejarnya, jadilah rumah itu ramai oleh tingkah suami istri yang seperti anak kecil .
______
Minggu pagi yang syahdu, usai menyelesaikan segala pekerjaan dirumah, Dina pun memilih perpustakaan dirumahnya sebagai tempat bersantai dan menghilangkan segala kepenatan, tubuhnya pun telah segar kembali, rambutnya yang basah dibiarkan tergerai begitu saja.
Dina nampak anggun mengenakan baju blouse panjang sebagai atasan, dimodif dengan sarung batik motif bunga-bunga sebagai bawahannya, ia pun melihat koleksi buku-buku bacaan suaminya yang bermacam-macam, mulai dari kitab-kitab klasik, buku-bukug pengetahuan, majalah-majalah yang berisi informasi kesehatan hingga bacaan-bacaan santai seperti novel dan buku-buku kumpulan puisi berjajar di rak-rak buku yang telah ditata rapi sesuai kelompoknya agar tidak kesulitan jika hendak membacanya kembali.
Dina pun menjatuhkan pilihannya pada sebuah Novel berjudul
"Diorama Sepasang Al Banna" Karya penulis fenomenal "Ari Nur" , Dina pun membacanya dengan duduk santai diantara selasar lemari buku.
"Hmmm.... mirip Mas Fahmi nih juteknya "
Ucap Dina.
Ia membaca sosok Ryan Fikri yang angkuh, dan juteknya luar biasa.
" Hmmmm.... dicari-cari dari tadi rupanya lagi disini "
Ujar Fahmi .
Ia pun menghampiri istrinya .
" Eh Mas Fahmi "
Jawab Dina.
Dina menatap suaminya yang begitu tampan mengenakan jubah putih panjang , wajahnya nampak begitu segar , rambutnya pun basah, aroma charlie white yang lembut menusuk hidungnya, rupanya sang suami baru saja selesai melaksanakan sholat dhuhanya.
Dina pun selalu merasa jatuh Cinta tiap kali melihat suaminya tampil dengan memakai pakaian seperti ini.
" Ehm ... naksir ya ? "
Goda Fahmi sembari duduk bersila disamping istrinya.
Dina terkesiap wajahnya kembali merah merona karena ketahuan jatuh cinta.
" Wah enaknya yang lagi dapat cuti "
Goda Fahmi.
Ia melirik segelas susu yang belum habis diminum, dan sepiring sandwich disamping istrinya.
" Mas Fahmi jangan gitu dong , Dina kan malu "
Rajuk Dina.
Fahmi terkekeh, "Hehehehe, maaf bercanda sayang, lagi baca buku apa sih ? "
Tanya Fahmi.
" Nggak ada Mas, cuma lagi pingin baca novel saja " .
"Boleh pinjam tangannya Nona manis"
Tanya Fahmi .
Dina pun mengulurkan tangan kanannya, Fahmi mengeluarkan sesuatu dari saku jubahnya, rupanya ia membawa Henna yang dibelinya ketika di tanah suci .
" Boleh ku hias ? "
Tanya Fahmi .
" Emang bisa ? "
Goda Dina .
" Kita lihat saja nanti hasilnya " .
Fahmi pun memegang lembut tangan istrinya kemudian menghiasnya dimulai dari menghias kuku-kuku jari Dina yang lentik .
Lima belas menit kemudian Fahmi selesai, Dina benar - benar takjub, suaminya benar-benar multitalenta,
Fahmi melukiskan bunga dan daunnya ditangan Dina, tak lupa ia menyematkan huruf " FD" ditelapak tangan Dina sebagai inisial namanya dan juga nama istrinya .
" Masya Allah bagus sekali Mas "
Puji Dina .
" Makanya Dinda nggak usah kemana-mana, pingin potong rambut Mas bisa bantu, Pingin makanan enak Mas bisa buatin masakin, Pingin dirias kayak gini Mas juga bisa, dan kalau misalkan Dinda capek badan pegel-pegel pengen dipijitin Mas juga sangat bisa , kalau nggak percaya boleh dicoba, dijamin ketagihan "
Ujar Fahmi.
" Ih puasa-puasa nggak boleh Nakal, batal loh nanti "
Ujar Dina.
Fahmi pun tertawa riang.
_____
Tengah malam Dina mendengar suara agak gaduh yang berasal dari lantai satu, ia pun sempat berfikir jika maling tengah mengintai rumahnya malam ini, seketika ia merinding, Dina mencoba memberanikan diri untuk memastikan, dan suara tersebut berasal dari dapur, Fahmi tengah memasak nasi goreng karena lapar ditengah malam.
“ Ya Allah Mas Dina kira siapa malam-malam gini berisik “
Ujar Dina seketika ia merasa lega.
“ Hehehehe sorry sayang,, habis Mas laper nih , eh cobain dulu dong udah enak belum nih ? “
Ujar Fahmi seraya menyuapkan sesendok nasi goreng buatannya ke mulut istrinya.
“ Hemmmmm ... enak banget Mas “
Puji Dina.
“ Siapa dulu dong kokinya “
Sambut Fahmi senang.
“ Mas Fahmi kok nggak bangunin Dina sih ? Kan Dina bisa bantu masakin buat Mas Fahmi “
Protes Dina.
“ Maaf sayang, Mas nggak tega mau bangunin Dinda, bobo’nya nyenyak banget ampek mulutnya setengah kebuka gini “
Ujar Fahmi seraya menirukan gaya tidur istrinya.
Dina segera mencubit pinggang suaminya .
" Iiih... jahat banget sih ? “
Protes Dina seraya tertawa.
“ Aw, sakit sayang “
Ujar Fahmi sembari tertawa.
“ Tapi itulah kecantikan Dinda yang sebenarnya“
Tukas Fahmi seraya tersenyum.
Tiba-tiba Fahmi merasa ada sesuatu yang jatuh dan menempel dibahunya, terasa sangat dingin dan lunak, seketika wajah tampannya berubah menjadi pucat, tubuhnya gemetar, jantungnya berdetak cepat, keringat dingin bercucuran dari sela-sela rambutnya dan pori-pori wajahnya, nafasnya memburu, menyadari ada sesuatu yang tidak beres menimpa suaminya, Dina pun bertanya.
“ Mas, Mas Fahmi kenapa ? kok mendadak pucet gini ? sakitkah ? “
Selidik Dina.
Gadis itu pu menempelkan punggung tangannya di kening suaminya yang sangat dingin.
“ Ssss.. sssa.. ssayang“
Ucap Fahmi terbata.
“ Iya Mas ada apa ? “
Tanya Dina nampak khawatir.
“ Tolong lihatkan apa yang jatuh dibahu Mas ? “
Tanya Fahmi terbata.
Dina pun segera melihat bahu Fahmi yang kejatuhan makhluk kecil bernama Cicak, Dina pun segera mengambil makhluk kecil tersebut dari bahu Fahmi dengan santainya.
“ Oh.. cuma Cicak kok Mas “
Jawab Dina enteng seraya menyingkirkan makhluk tersebut.
“ Apa ? Cicak ? jadi beneran Cicak ? “
Tanya Fahmi sembari membelalakkan matanya lebar-lebar.
“ Iya Mas “
Jawab Dina sembari mencuci tangannya usai menyingkirkan cicak tersebut.
“ Huaaaaaaaaaa ....... “
TeriakFahmi.
Seketika kedua tangannya menarik kasar pakaian yang dikenakannya hingga kancing-kancing kemeja tersebut lepas, sembari melompat- lompat dan beringsut pergi, rasa laparnya hilang seketika, Siapa sangka laki-laki gagah cool dan jutek itu ternyata phobia cicak, Fahmi segera berlari meninggalkan Dina sendiri di dapur.
Dina tak kuasa menahan tawa melihat suaminya bertelanjang dada berlari ketakutan usai kejatuhan cicak.
________
Tak terasa dua bulan sudah usia pernikahan Dina dan Fahmi, mereka hendak menghadiri acara pernikahan saudara sepupu Fahmi, mereka berdua pun bersiap-siap, Fahmi telah rapi mengenakan baju koko berwarna biru dongker, ia tengah sibuk memasang kancing tangannya, ia berdiri di depan pintu kamar istrinya.
"Sayang, sudah siap belum ? “
Tanya Fahmi .
" Iya Mas sebentar "
Jawab Dina .
" Duuh kok jadi macet gini sih "
Keluh Dina.
Dina tampil cantik dengan memakai gamis dari kain brokat, berwarna senada dengan pakaian Fahmi, mereka sering tampil memakai baju copelan, tapi tiba-tiba resleting bajunya yang berada di belakang macet .
" Aduh gimana ini, mau ganti baju dilepas juga susah "
Keluh Dina.
Gadis itu terus berusaha, tapi tetap saja tidak bisa, jika ditarik paksa, maka baju itu pun akan rusak, Dina terus berusaha untuk menarik keatas kebawah tetap saja tidak bisa.
Lima belas menit kemudian .
" Sayang sudah selesai belum ? " Keburu telat loh Yang ?" .
Tak ada suara dari dalam kamar Dina.
" Dinda sayang? "
Panggil Fahmi sekali lagi , Ia pun mengetuk pintu kamar istrinya.
" Sepertinya ada masalah "
Gumam Fahmi.
Fahmi pun membuka pintu kamar Dina yang tak terkunci, Dina berdiri mematung melihat suaminya langkahnya bergeser mundur, menyandar pada lemari pakaian, Fahmi tertegun melihat istrinya belum siap, ia juga masih belum mengenakan hijabnya, rambutnya dibiarkan terikat jepit.
" Loh kok belum siap ? "
Tanya Fahmi heran.
Dina terdiam tak tahu harus menjawab apa , Fahmi melihat ada sesuatu yang tak beres.
" Kenapa Dinda ? Dinda sakit ? "
Tanya Fahmi.
Dina menggeleng.
" Terus ? " .
" E.. itu Mas, anu .. itu .."
Fahmi mulai faham, " Resleting bajunya macet ? "
Tanya Fahmi.
Dina mengangguk pelan, ia nampak ragu.
" Allah Kariiim, sini Mas bantuin "
Ujar Fahmi.
Dina tampak ragu , jika ia menurut maka ia akan menampilkan sebagian auratnya pada laki-laki yang sebenarnya sudah berhak melihatnya.
" Sayang kita nggak punya banyak waktu, kita bisa dicecar berbagai pertanyaan nanti kalau sampai terlambat "
Ucap Fahmi .
Dina menyerah, ia tak bisa lagi menolak , laki-laki itu terus melangkah maju dan memintanya segera membalikkan badan .
Fahmi pun segera membetulkan resleting yang macet itu, ia pun tak bisa menahan degup jantungnya saat melihat punggung istrinya yang putih dan mulus.
" Udah selesai, kenapa nggak bilang dari tadi?"
Ujar Fahmi seraya mencolek hidung Dina.
laki-laki itu berusaha untuk tetap bersikap santai.
`Dina terdiam tak tahu harus menjawab apa, rasa malu membuncah didadanya.
" Udah cepetan ! Mas tunggu di mobil " Perintah Fahmi kemudian.
Laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan Dina, sementara Dina tak kuasa menahanv debaran jantungnya .
______
Acara resepsi pernikahan Zulfa sepupu Fahmi berjalan dengan sukses, ia dipersunting oleh seorang laki-laki tampan putra kyai besar bernama Iqbal, Dina pun berbaur dengan kakak-kakaknya yang sudah datang terlebih dulu disana, seseorang tengah memperhatikan mereka.
" Adik Mbak makin hari makin cantik aja ya " Puji Ella .
" Mbak Ella juga makin mempesona "
Balas Dina.
“ Gimana udah isi belum ? “
Tanya Ella kemudian.
Dina terhenyak, bagaimana tidak, sampai detik ini ia masih gadis, Fahmi tak pernah menyentuhnya sedikitpun.
“ Belum Mbak “
Jawab Dina dengan senyum mengulum.
“ Ya sudah nggak apa-apa, maaf ya kalau pertanyaan Mbak membuat Adik nggak enak hati, santai saja dulu, nikmati masa pacaran kalian setelah menikah ya “
Ujar Ella.
“ Iya Mbak “
Jawab Dina.
"Amaaaaaah "
Panggil Zidan.
Bocah 4 tahun itu berlari cepat memeluk Dina, sedang tangan kanannya membawa segelas coklat, tak pelak es coklat itu pun tumpah membasahi baju Dina.
" Sayaang "
Balas Dina memeluk Zidan.
" Ya Allah Zidan, itu es kamu tumpah ke baju Amah "
Tegur Ella.
" Nggak apa-apa kok Mbak ".
" Tapi bajumu jadi kotor Dik" .
" Nggak apa- apa Mbak, bisa dibersihin kok " .
" Udah gih sana , buruan dibersihin keburu lengket " .
Dina pun segera menuju toilet untuk membersihkan pakaiannya yang ketumpahan es coklat .
" Dunia ini sempit ya, siapa sangka kita bisa berjumpa kembali "
Ucap Nafisah.
Dina terkejut melihat kedatangan mantan tunangan suaminya dulu.
" Nggak usah kaget begitu, ternyata Allah mentakdirkan sepupuku berjodoh dengan sepupu mantan tunanganku " .
" Selamat ya kamu berhasil mentaklukan Fahmi , entah ilmu pelet apa yang kamu pakai untuk bisa memikatnya"
Dina tersenyum,
" Maaf, Nafisah, aku tidak memerlukan pelet atau apapun sejenisnya, Karena Mas Fahmi hanya akan takluk pada wanita yang berhati mulia serta berakhlakul karimah "
Jawab Dina .
Nafisah tertawa mengejek ,
" Tapi sayang dia tidak pernah menyentuhmu bukan ? " .
Dina terkejut, namun ia berusaha membantah .
" Siapa bilang ? haruskah aku menceritakan hal yang tak patut dibagikan kepada orang lain ? " .
" Kau boleh saja berbohong, Kau tidak tahu aku punya kelebihan, aku punya indra keenam, aku bisa melihat dengan jelas kamu masih suci " .
Dina terhenyak.
" Tidak kah kamu curiga, apakah suamimu itu laki-laki normal atau tidak ? " .
" Apa maksudmu ? Jaga mulutmu jangan sekali-kali kamu merendahkan suamiku ! " .
" Dina, aku pikir kamu wanita jenius yang sangat cerdas, ternyata aku salah, kamu bodoh dan rapuh " .
" Jangan tertipu dengan penampilan rapi seseorang, apalagi zaman sekarang, banyak laki-laki yang terlihat handsome, namun ternyata di adalah seorang Gay " .
" Jika suamimu laki-laki normal, tentu dia tidak akan membiarkan gadis secantik dirimu tetap perawan " .
Dina diam tak bergeming .
" Mau apa lagi kamu Nafisah ! "
Bentak Ella.
Nafisah terkejut melihat Ella datang.
" Mbak Nabila " Ucapnya ramah .
" Dik Dina ayo kita pergi dari sini, jangan layani wanita gila ini "
Ucap Ella.
Ia pun menarik tangan Dina, dan menuntun langkahnya keluar dari Toilet Gedung Cakra.
" Dia Nafisah, mantan Adik Fahmi, kami pernah salah menjodohkan Adik Fahmi dengan wanita stress itu "
Ucap Ella.
" Tapi... Bukankah dia seorang Hafidzoh Mbak ? "
Tanya Dina.
" Hafidzoh yang tidak mengamalkan ilmunya, dia itu stress berat setelah ditinggal nikah sama kekasihnya, jadi dia berusaha untuk merusak hubungan orang lain "
Jelas Ella.
Dina terdiam menyimak semua yang dikatakan kakak iparnya, kentara sekali Ella masih sangat sakit hati atas perlakuan Nafisah kepada adiknya dulu.
Acara selesai, Dina dan Fahmi pun pulang, seperti biasa Fahmi bergelayut manja di bahu istrinya.
" Manja banget sih Sayang "
Goda Dina sembari membelai pipi suaminya dengan lembut.
Fahmi menjadi gugup, ia pun melepaskan pelukannya.
, " E .. ma.. maaf Dinda Mas mau ke kamar mandi dulu "
Ujar Fahmi.
Laki-laki itu pergi meninggalkan Dina, seketika kata-kata Nafisah berkelebat dalam benak Dina namun coba ditepisnya
“ Astaghfirullahal’adzim apa yang aku pikirkam “
Ujar Dina lirih.
_____
Fahmi segera mengunci diri di kamarnya, ia tak bisa lagi menahan sebuah rasa, dadanya bergemuruh, nafasnya memburu, bayang-bayang peristiwa tadi pagi saat ia membantu membetulkan resleting pakaian istrinya yang macet terus menggelayuti benaknya, bayang-bayang wajah cantik Dina, dan keindahan tubuhnya merajai otaknya.
“ Tidak, tidak, aku tidak boleh gegabah, aku sudah berjanji untuk tidak menyentuhnya sampai aku benar-benar bisa mencintainya dengan tulus “
Ucapnya lirih.
Laki-laki itu bergegas menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan dinginnya air wudhu’, lalu membaca ayat-ayat suci Alqura’n dengan sangat lama.
_______
Fahmi masuk kedalam kamar istrinya, ternyata Dina tengah berada didalam kamar mandi, Fahmi mengetuk pintu kamar mandi.
" Dinda Mas pinjam laptopnya ya, punya Mas lagi eror nih, nggak bisa dinyalain "
Ucap Fahmi.
" Iya Mas, pakai saja "
Jawab Dina dari dalam kamar mandi.
Fahmi pun meraih laptop berwarna silver yang tergeletak di tempat tidur ,.
" Loh udah nyala rupanya "
Ujar Fahmi.
Ia pun membuka layar laptop milik Dina, dan Fahmi terkejut ketika melihat apa yang ditampilkan dari layar laptop tersebut, Dina lupa untuk keluar dari laman browsingnya, tertulis ciri-ciri pria gay.
" Ada apa Dinda mencari informasi seperti ini
Otaknya berfikir keras, dan Fahmi kembali menutup layar laptop dihadapannya, segera ia keluar dari kamar Dina.
_____
Bersambung part 26
💖🕸️💖🕸️💖🕸️💖
Komentar
Posting Komentar