SEJATINYA CINTA Episode 24

 SEJATINYA CINTA

Oleh : Athiyah  Karim

      Episode 24


Keesokan harinya, acara walimah sekaligus resepsi pernikahan digelar di kediaman dokter Fahmi.

Tak kurang dari dua ribu undangan hampir seluruhnya  menghadiri acara tersebut, 

Histeria para santri menyambut kedua mempelai, dari gedung asrama pesantren putri terpampang foto Gus Fahmi yang tengah mengenakan pakaian pengantin, dan mereka memberi hastag #PatahHatiMassal, 

tak pelak hal tersebut membuat Fahmi dan juga Dina tak kuasa menahan tawa bahagia sekaligus haru.

Acara demi acara berjalan dengan khidmat, begitu banyak doa yang dipanjatkan untuk kedua pengantin tersebut.

 Fahmi nampak begitu gagah dan tampan mengenakan setelan jas  model tuksedo asimetris dengan rompi dada ganda berwarna broken white, kemeja satu warna dengan pin tucks, dilengkapi dasi ruffle dan saku persegi dalam pola chekreed.

Sedang Dina sangat cantik dan anggun dalam balutan dress pengantin berwarna  putih.

Alunan musik gambus meramaikan acara resepsi pada malam harinya.

Fahmi pun tak mampu menahan diri menikmati lagu-lagu Arab favoritnya, ia pun turun dari pelaminan meninggalkan Dina sendiri, kemudian  turut berjoget zafin dengan lihainya, 

Ia juga tampak sangat bahagia, sesekali tawanya terlihat lepas begitu saja, seakan tak ada lagi beban yang menggelayut dibenaknya, 

Ditemani rekan- rekannya termasuk Danil, Fahmi hanyut dalam alunan musik yang berasal dari Timur Tengah tersebut.

Kakak-kakak Fahmi segera menghampiri Dina, mereka tak mau membiarkan Dina duduk sendiri di pelaminan.

“ Jujur Mbak belum pernah melihat adik Fahmi sebahagia ini sebelumnya Dik “ , 

Ujar Ella.

“Iya Fahmi nggak pernah terlihat seperti sekarang “  

Sambut Naura.

“Emang habis diapain tadi malam kok sampai happy banget gitu ? “, 

Goda Diyah.

Seketika wajah Dina merona merah, ia merasa malu, Diyah dan yang lain pun tertawa melihat tingkah adik iparnya,.

Ummi pun datang menghampiri Dina.

“ Terima kasih banyak ya Nak, karena sudah mencintai putra Ummi begitu tulus dan membuatnya bahagia”

Ucap Bu Husnah. 

Malam hari setelah seluruh rangkaian acara selesai, Fahmi mengajak istrinya untuk segera beristirahat di kamarnya.

“ Selamat datang permaisuriku “ , 

Ujar Fahmi .

Dina tersenyum, ia sangat kagum melihat kamar suaminya yang cukup besar itu tampak begitu rapi dan bersih, bernuansa biru soft,  dipenuhi hiasan bunga-bunga yang segar, 

Disamping tempat tidur terdapat nakas, dan sebuah televisi berukuran 42 inchi menggantung di dinding depan ranjang,  samping kiri ranjang tidur terdapat meja rias yang telah lengkap dengan segala kosmetik dan parfum untuk istrinya, dan sebuah rak kecil berisi kitab-kitab dan buku-buku tersusun begitu rapi, 

Disebelah kanan tempat pintu masuk sebagai ruang khusus  untuk berganti, dan sebuah kamar mandi berada disamping ruang ganti, lemari yang cukup besar berisi pakaian-pakaian dokter tampak beserta seluruh aksesoris perlengkapan seperti sepatu, kaca mata, jam tangan, tertata dengan sangat rapi disana..

Fahmi menuntun Dina menuju lemari pakaian yang lumayan besar, lalu lelaki itu menggeser  pintu lemari slidding, membuat Dina tak dapat berkata-kata saat melihat ada begitu banyak gamis baru dengan merek ternama tergantung rapi disana, rupanya Fahmi telah mempersiapkan semuanya untuknya.

“ Mas ini ..... Ya Allah Mas  “,   

Ucap Dina takjub.

“ Iya sayang ini semua untuk Dinda, karena Dinda telah berbagi banyak dengan Mas kemarin, jadi Mas juga harus berbagi banyak hal dengan Dinda, semoga semua ini berkenan dihati Dinda “,

Ucap Fahmi.

Dina benar-benar terharu melihat perhatian suaminya yang begitu besar kepadanya .


PENGANTIN BARU

Setelah melaksanakan sholat shubuh berjama’ah, Fahmi mengajak istrinya jalan-jalan menuju kebun bunga miliknya.

Kota Batu yang berada diantara lereng Gunung Panderman, Gunung Arjuna dan Welirang ini laksana surga bagi pertanian holtikultura yang terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter diatas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata berkisar 21 derajat celsius sampai 23 derajat celsius  ini sangat cocok untuk menjadi lokasi budidaya sayur, buah, dan bunga  hingga  mendapat julukan   “De Kien Switzerland “ atau Swiss kecil pulau jawa pada masa kolonial.

“Sayang, kita jalan-jalan yuk ?! Mas ingin mengajak Dinda kesuatu tempat yang indah dekat sini“, 

Ajak Fahmi.

“Sekarang Mas ? “

T anya Dina ragu karena hari masih subuh, langit masih gelap.

“Iya sayang, udah buruan gih, Mas juga udah siapin baju tuh diruang ganti, Mas tunggu dibawah ya “, 

Ujar Fahmi.

“ Inggih  Mas “,  

Jawab Dina.

 Gadis itu pun segera mengganti pakaian, dan bersiap-siap.

Hari itu Fahmi segera membonceng istrinya mengendarai motor scoopy merah miliknya menuju kebun bunga, santri-santri putri yang baru saja turun dari sholat jama’ah tak dapat menahan rasa bahagianya ketika melihat sepasang pengantin baru itu berboncengn dengan mesra mengenakan pakaian dengan warna senada, 

Fahmi sengaja menggunakan pakaian coupel dengan istrinya, mereka sama-sama memakai baju berwarna pink salem, Fahmi kian tampan dengan kemeja lengan pendek berwarna salem, sarung putih polos dan peci putihnya.

Motor matic itu melaju perlahan mengitari desa menuju kebun bunga, 

Sang Surya mulai menampakkan diri mengintip dua sejoli tersebut dari balik awan, Fahmi memegang mesra jari jemari istrinya yang melingkar erat di pinggangnya, 

Dina duduk menyamping, semilir angin memainkan ujung hijabnya. 

“ Alhamdulillah kesampaian sudah keinginanku berboncengan dengan Dinda seperti ini “,  

Ujar Fahmi sembari melajukan stang motor dengan tangan kanannya.

“ Benarkah ? “ , 

Tanya Dina.

“ Iya sayang “,  

Jawab Fahmi dengan riang.

Fahmi baru berhenti ketika mereka telah sampai di gubuk kecil di tengah-tengah kebun bunga seluas 2 hektar.

Bunga mawar dan bunga krisan aneka warna menghiasi kebun tersebut, gemericik aliran air yang meriuk dari anak sungai disamping kanan kebun, membuat suasana kian syahdu.

“ Ini kebun milik keluarga kita Dinda, tak jauh dari sini ada juga kebun sayur dan buah, gimana suka nggak ? “, 

Tanya Fahmi.

Dina benar-benar takjub melihat indahnya bunga-bunga di kebun tersebut, sesekali nampak kupu-kupu hinggap pada kelopaknya.

“ Ya Allah Mas ini indah sekali “ , 

Jawabnya.

Laki-laki itu tersenyum puas melihat kebahagiaan dimata wanita yang baru saja dinikahinya, 

Dina merentangkan kedua tangannya, memejamkan kedua matanya, menghirup udara segar dalam-dalam, bau wangi bunga disekitar kebun merasuk kedalam jiwanya, Fahmi mendekat kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggul istrinya, mendekapnya erat-erat, 

Dina terkesiap, ia membuka matanya .

“ Mas jangan begini, takut ada yang melihat ?! “, 

Protes Dina yang mulai gugup mendapat perlakuan manis dari suaminya.

Fahmi terkekeh.

“ Sayang, disini cuma ada kita berdua, dan Allah sebagai saksi kita “.

______


Dina mendapat sambutan yang luar biasa dari keluarga besar Fahmi, 

Usai bercengkrama dengan kakak- kakaknya, Dina pun segera kembali ke kamar suaminya, tubuhnya terasa gerah setelah menghabiskan waktu jalan-jalan di kebun bunga pagi tadi dan menikmati sarapan pagi bersama keluarga barunya, 

Kamar itu begitu sepi tak berpenghuni,  cuaca hari itu cukup panas.

“ Sepertinya Mas Fahmi lagi di pondok, hmm... mandi dulu ah “, 

Ucapnya.

Dina melangkah menuju ruang ganti, mengambil baju ganti lalu meletakkannya di tempat tidur, ia pun menutup tirai jendela yang berpapasan dengan pesantren putri, kemudian melepaskan gamisnya, membalut tubuhnya dengan handuk kimono, langkahnya bergegas menuju kamar mandi, tak lupa ia mengunci rapat-rapat pintu kamar khawatir suaminya masuk, meski mereka telah bersama, namun sesuai kesepakatan mereka semalam, Fahmi memberi batas-batas, karena ia belum mencintai istrinya, jadi ia tak ingin merenggut sesuatu yang meski telah menjadi haknya namun dilakukan dengan terpaksa serta tanpa rasa cinta, 

Fahmi sendiri tak pernah sekalipun bertelanjang dada dihadapan istrinya, meski sebatas memakai kaos dalam saja, 

Laki-laki itu selalu rapi tiap kali keluar dari kamar mandi, maka Dina pun demikian.

Dina membuka pintu kamar mandi yang tak terkunci, dan betapa terkejutnya ia saat melihat laki-laki yang dicintainya itu tengah menggosok gigi dengan bertelanjang dada hanya memakai handuk saja, sontak keduanya pun sama-sama berteriak .

“ Huaaaaaaa “.

 Fahmi segera berbalik sembari menutup dadanya dengan kedua tangannya dan Dina buru-buru menutup pintu kembali,  

Jantung keduanya berdetak hebat.

Mendengar adanya sedikit kegaduhan dari kamar adiknya, Ella yang kebetulan lewat didepan kamar mereka terkejut dan segera  mengetuk pintu kamar adiknya.

“ Dik Dina ? Dik Fahmi ada apa ? “ , 

Tanya Ella penasaran.

Dina pun segera membuka pintu dan mengintip kakaknya dari balik daun pintu.

“ Ada apa Dik ? “,  

Tanya Ella heran.

“ Oh itu anu tadi ada tikus “ , 

Jawab Dina sekenanya.

“ Oh kirain ada apa “ ,

Sambut Ella sembari tersenyum.

Dina pun kembali menutup pintu.

 “ Ya Allah kenapa aku seceroboh ini ? “,

Rutuknya.

Gadis itupun segera mengenakan pakaiannya kembali, tak lama kemudian Fahmi telah keluar dari kamar mandi dan telah rapi berpakaian lengkap, keduanya sama-sama canggung, tak ada yang mau mengawali percakapan karena sama-sama merasa malu usai peristiwa tersebut.

Sore hari Fahmi dan Dina sibuk membuka kado-kado yang begitu banyak pemberian dari rekan-rekan serta kerabat mereka sebagai hadiah perkawinan, 

Begitu banyak kado unik yang mereka dapat, mulai dari pakaian couple, sepasang mug cantik bertuliskan nama mereka, sprei, hingga Dina tertarik membuka sebuah kado dari sahabatnya Sandra, ia pun meraih kotak  yang dibungkus kertas berwarna merah dengan hiasan pita di atasnya.

“ Kado dari siapa Dinda ? “,  

Tanya Fahmi.

“ Dari Sandra, Mas “,  

Jawab Dina.

“ Sini , biar Mas yang bukain ya ?! “ , 

Pinta Fahmi.

Laki-laki yang memiliki tahi lalat didagunya itu segera mengambil kado yang dipegang istrinya, kemudian membukanya, dan betapa terkejutnya ia saat melihat isinya berupa Lingerie berenda berwarna merah maroon, 

Dina segera merebut sleep wear seksi itu dari tangan suaminya, wajahnya merona tak kuasa menahan malu, Fahmi tersenyum melihat tingkah istrinya.

“ Udah disimpan saja, siapa tahu lain waktu baju itu bermanfaat “ ,

Ujar Fahmi sembari tersenyum.

Mendengar perkataan suaminya, spontan Dina membelalakkan matanya, 

Fahmi semakin  tertawa melihat ekspresi istrinya.

“ Hahahaha Allah Kariim, Astaghfirullah “

Ucap Fahmi.

Dina terdiam, 

“Duuuh Sandraaaaaa “

  Gerutunya .

“ Maaf maksud Mas baju itu disimpan saja dulu lain kali kalau ada temen Dinda yang menikah ya Dinda bisa jadiin baju itu sebagai kado, siapa tahu mereka jauh lebih membutuhkan itu, lagipula aku nggak suka lihat wanita pakai pakaian seperti itu, risih saja, ditelevisi udah banyak, 

Aku lebih suka melihat wanita yang tampil anggun dengan gamisnya, atau baju kemeja panjang dengan bawahan sarung ala santri putri begitu, penampilan Dinda yang tertutup seperti itu jauh lebih bisa menawan hatiku “

Ujar Fahmi.


Dina tersenyum, ia benar-benar terharu mendengar penjelasan suaminya, karena selama ini yang ia tahu banyak laki-laki yang suka sekali mengincar wanita-wanita seksi, dan memandang wanita hanya dari segi keseksian fisik serta kecantikan wajah hingga nekat membayangkan hal-hal yang tak sepatutnya seperti mantan tunangannya dulu.

Senin pagi yang cerah, Dina dan Fahmi kembali bertugas di rumah sakit Asy-Syifa’.

Seluruh staff  rumah sakit menyambut kedatangan mereka berdua dengan hangat. Fahmi menggandeng mesra istrinya.

“ Selamat datang pengantin baru “ , 

Ujar Danil.

“ Hai terima kasih banyak ya bro atas semuanya “ , 

Sambut Fahmi 

Kedua sahabat itu berangkulan erat.

“ Ehm... saya kira kalian berdua sudah lupa jalan menuju rumah sakit, habisnya lama banget nggak masuknya “ , 

Goda Latifah.

“ Sebenarnya masih kurang juga liburnya “,

Sambut Fahmi terkekeh.

“ Wah bener-bener mau lengket terus jenengan Gus “,  

Ujar Danil.

Dina tak kuasa menahan malu, ia segera melangkahkan kaki menuju ruang praktik dokter spesialis anak yang baru tujuh hari menikah dengannya.

“ Kayaknya kemarin-kemarin banyak menghabiskan waktu berdua ya ? “ ,

Ujar Danil.

“ Ya kita keliling-keliling bareng keluarga silaturrahim anjangsana ke rumah Pakdhe Budhe, sepupu-sepupu, baik dari aku, dan juga dari keluarga Dinda Dina, capek banget aku Dan“ 

Keluh Fahmi.

“ Ya tapi sekarang kan nggak usah kuatir lagi Gus, biar capek udah ada yang mijitin “ , 

Goda Danil.

Fahmi terdiam, ia dan Dina tak pernah melakukan apapun, meski status mereka telah sah sebagai suami istri, 

Namun Fahmi tetap perjaka tingting, dan Dina juga tetap masih gadis, sesuai kesepakatan yang mereka buat, selama cinta belum hadir di hati Fahmi, maka selama itu pula ia tak akan pernah menyentuh Dina, kedekatannya hanya sebatas pelukan saja tidak lebih.

Fahmi segera memasuki ruang praktiknya, sikapnya kembali dingin sebagaimana biasa.

“ Assalamu’alaikum Selamat Pagi dokter “, 

Sapa Dina.

“ Wa’alaikumsalam suster, Pagi juga “ ,

Jawab Fahmi dengan gaya coolnya.

Tak pelak sikapnya itu membuat Dina tak kuasa menahan tawa .

“ Hihihi Mas Fahmi lucu banget sih “ , 

Ucapnya.

Fahmi mengangkat kedua alisnya .

“ Apanya yang lucu Dinda ? “,  

Tanya Fahmi.

“ Udah ah nggak usah sok jutek gitu, Dina udah hafal gaya asli Mas Fahmi yang manja"

Sahut Dina

Fahmi tersenyum.

 “ Itu karena disini aku dilihat banyak orang, sementara kalau di rumah, aku cuma milikmu “, 

Jawab Fahmi dengan senyum manisnya. 

Dina tersenyum , hatinya tengah berbunga-bunga.

“ Dinda tahu nggak, lega rasanya kita bisa bertugas bersama dengan status baru “ ,

Ucap Fahmi.

“ Senang ya dokter ? “, 

Tanya Dina.

“ Ya seneng bangetlah karena dari tempat inilah kisah kita dimulai“ 

Jawab Fahmi puitis.

“ Siapa sangka dari asisten dokter jadi asisten pribadi “ , 

Lanjut Fahmi.

“ Siap laksanakan dokter “ , 

Sahut Dina senang.

Tiba- tiba terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang.

“ Ya silahkan masuk “,

Jawab Fahmi.

“ Assalamu’alaikum “, 

Sapa dokter Irwan.

“ Wa’alaikumsalam waromatullahi wabarokatuh “ , 

Jawab Fahmi dan Dina bersamaan.

“ Selamat ya Gus atas pernikahannya, kami ucapkan semoga sakinah mawaddah warrohmah selalu “ ,

Ujar dokter Irwan.

“ Aamiin terima kasih banyak atas doanya dokter “ ,

Jawab Fahmi.

“ Oh ya saya mewakili seluruh staff rumah sakit ingin menyampaikan satu hadiah pernikahan untuk jenengan Gus “ ,

Ujar dokter Irwan.

“ Hadiah ? “ , 

Tanya Fahmi heran.

Dokter Irwan mengeluarkan sebuah tiket dari saku bajunya.

“ Ini Gus kami ingin memberikan hadiah tiket bulan madu untuk jenengan, mohon diterima ya ? “ , 

Ujar dokter Irwan seraya menyerahkan tiket tersebut kepada Fahmi.

Kedua pengantin baru  itu saling berpandangan. 

______

 

Fahmi yang awalnya keberatan akhirnya berangkat juga menuju pulau Bali bersama istrinya atas desakan kakak-kakanya serta kedua orang tuanya,

Mereka berdua tengah menaiki kapal Ferry Roro hendak menyeberang dari pelabuhan Ketapang Banyuwangi menuju pelabuhan Gilimanuk Bali, 

Mereka berdua tengah menikmati indahnya lautan dari jendela kapal.

“ Sebenarnya Mas pingin ngajak Dinda ke Yogyakarta sowan Mbah Putri, sekalian jalan-jalan disana, jadi bukan apa kalau kemarin sempat menolak buat ke Pulau Dewata ini ", 

Jelas Fahmi.

“ Iya nggak apa-apa Mas, mungkin lain waktu kita bisa kesana“ 

Jawab Dina.

Fahmi dan Dina menghabiskan waktu bersama di pulau bali selama tiga hari, mereka lebih banyak menghabiskan waktu jalan-jalan bersama mengunjungi beberapa tempat wisata, seperti Pantai Sanur, Tanah lot, Pantai Pandawa dan tentunya Pantai Kuta.

Suatu sore mereka jalan-jalan berdua hendak menikmati Sunset di tepi Pantai Kuta, sesekali mereka bermain pasir putih dengan mengukir nama mereka berdua diatasnya.

“Dinda pernah jalan-jalan ke pantai nggak ? “, 

Tanya Fahmi.

“ Pernah sih waktu masih kuliah, Dina diajak sepupu- sepupu  jalan-jalan ke salah satu  pantai di kota Jember “ .

“ Pasti Pantai Papuma ya ? “.

“ Iya benar, Mas pernah kesana ? “ , 

Tanya Dina.

“ Pernah sekali pas ada audisi fotografi bareng Danil, pemandangan disana nggak kalah bagus ya ? "

“ Iya Mas benar, cuma Dina agak takut ombaknya agak besar disana “.

“Takut kenapa Dinda? “,  

Selidik Fahmi.

“ Ya takut hanyutlah Mas “ 

Jawab Dina polos.

“ Memangnya lebih menghanyutkan mana ombak pantai Papuma dengan diriku ? “ , 

Goda Fahmi.

“ Lebih menghanyutkan sikap dingin anda dokter “ , 

Jawab Dina jujur seraya tertawa.

Saat tengah asyik jalan berdua menyusuri pantai, tiba-tiba dihadapan mereka ada sepasang turis yang tengah beradegan Kissing, spontan Fahmi langsung menutup kedua mata Dina dengan telapak tangannya, kemudian berputar balik arah.

“ Ada apa Mas ? “ 

Tanya Dina heran.

“ Ada adegan hot, Dinda nggak boleh lihat, masih belum balligh “ , 

Ujar Fahmi.


Next part 25

💖🕸️🕸️💖

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Letak dan Luas Indonesia

Aktivitas penduduk di dataran rendah Indonesia

Beberapa tipe siswa yang wajib diketahui oleh sang pendidik ketika mengerjakan soal - soal test.