SEJATINYA CINTA Episode 23

 SEJATINYA CINTA

Oleh : Athiyah Karim

        Episode 23

     THE WEDDING


Kediaman Dina.

Tenda- tenda telah didirikan, orang-orang berlalu lalang menghias pelaminan, kerabat dan rekan-rekan Dina berkumpul menjadi satu membantu mempersiapkan aneka masakan dan makanan yang akan dihidangkan untuk acara esok hari.

Vina menghiasi tangan Dina, sedang Lina, Latifah, dan rekan-rekan Dina yang lain sibuk merias kamar pengantin dengan bunga-bunga yang segar, harum melati dan bunga sedap malam menguar memenuhi seluruh kamar.

" Bener kan apa yang Mbak bilang dulu, siapa yang merias tangan pengantin bakalan nyusul nikah juga, iya kan ? ",  

Ujar Vina.

" Hihihi iya, tadinya Dina nggak percaya Mbak".

" Hmmm. nggak nyangka ya doa mbak waktu itu terkabul ",  

Ujar Vina.

" Semoga bahagia selalu ya diik ", 

Ujar Vina lagi.

"Aamiin " .

" Mbak Vina sama Mbak Dina seneng ya, tapi Lina disini sendiri ", 

Ujar Lina.

Ketiga kakak beradik itu saling berpelukan .

" Jangan gitu Dik, kita bakal tetep sering berkunjung kesini kok Dik " , 

Ujar Vina.

Pak Rusydi memanggil Dina , 

" Nak bisa ikut Ayah sebentar ? " .

" Iya Ayah " .

Dina pun mengikuti langkah Ayahnya menuju ke kamar .

Mata Pak Rusydi tampak berkaca-kaca, ia pun memeluk putrinya, Dina pun tak dapat menahan perasaannya .


" Maafkan segala salah khilaf  Dina Ayah " ,

Ucap Dina dalam isak tangisnya.

" Ayah tidak tahu harus berkata apa, sungguh Ayah sangat bahagia Nak, Semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan dan kebahagiaan untukmu sayang  " 

Ucap Pak Rusydi.

---------------------------

Kediaman Fahmi.

Fahmi bersimpuh di kaki Abi dan Ummi, ia memohon maaf atas segala salah khilaf selama ini, ia juga meminta doa restu.

Ummi menangis memeluk putranya dengan erat, rasanya seperti baru kemarin beliau melahirkan seorang putra yang telah lama dirindukan, dibelai-belai, ditimang-timang, tanpa terasa putranya telah tumbuh menjadi laki-laki dewasa dan esok pagi ia akan melepas masa lajangnya .

" Ummi titip ya nak, bahagiakan istrimu, Cintai sayangi dan lindungi dia, Cintai istrimu karena Allah, Cintai istrimu demi mendapat ridho Allah, jangan berlebihan, jangan membabi buta, jangan sekali-kali kamu lukai hatinya, karena Ummi adalah orang yang pertama kali tidak akan ridho jika kamu sampai menyakitinya" 

Pesan Bu Husnah.

" Inggih Ummi " , 

Jawab Fahmi .

Bu Husnah seakan memahani jika putranya masih belum mencintai Dina seutuhnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB, Fahmi tak dapat memejamkan mata, ia putuskan untuk melihat segala persiapan untuk besok.

" Belum tidur Dik ? “, 

Tanya Ella.

" Belum Mbak " , 

Jawab Fahmi.

" Nggak bisa tidur ya ?

Tenang besok boboknya udah ada yang meluk ", 

Goda Diyah.

Fahmi tersenyum.

" Udah tidur gih sana ! 

Jangan sampai pas akad nikah besok kamu ketiduran" 

Ujar Naura .

" Iya besok itu kamu nikah kudu strong jangan sampek loyo ",  

Imbuh Diyah .

Bu Husnah tertawa geli melihat tingkah polah putra putrinya yang senantiasa bercanda namun selalu rukun.

" Ya udah, Fahmi mau tidur dulu ", 

Ujar Fahmi.

Bukannya melangkah menuju kamar ia malah tidur dipangkuan Bu Husnah, dalam sekejap mata Fahmi pun terpejam, Bu Husnah pun membelai lembut rambut putranya.

" Aduuuh besok udah nikah masiiih aja manja ", 

Ujar Diyah.

" Udah nggak apa-apa, besok Fahmi sudah nggak sama Ummi lagi " , 

Jawab bu Husnah membela.

Fahmi membuka mata dan menjulurkan lidah ke arah kakaknya Diyah .

_____

Setali tiga uang, Dina pun tak dapat memejamkan mata, ia hanya bolak balik di kamar tidur.

" Duuuh kok nggak bisa tidur gini sih ? ", 

Keluhnya.

Ia menutup wajahnya, sejak sore tadi jantungnya berdebar- debar tak karuan, tiba-tiba notifikasi pesan muncul di handphonenya, Dina pun segera membuka WA dari Fahmi .

(" Nggak bisa tidur ya ? " ).

Dina pun segera membalas pesan Fahmi.

( " Iya " ).

("Sama" ).

( " Kangen Dinda  " ).

Dina tersenyum membaca pesan dari laki-laki yang akan sah menjadi suaminya besok, ia pun merasakan hal yang sama, setelah dua pekan tak berjumpa .

Fahmi kembali mengirim pesan .

("Semoga besok lancar ya")

Dina pun membalas .

( " Aamiin ").

______

Keesokan harinya, iringan mobil mempelai pria telah bertolak dari pesantren menuju kediaman Dina.

 Fahmi begitu tampan mengenakan setelan jas tuxedo hitam kemeja putih dan dasi peci hitam bermotif dipadu dengan surban yang dirangkai dari rangkain bunga melati melingkar di lehernya.

Dina pun tak kalah cantik, mengenakan gaun balgown putih, beserta hijabnya, rangkaian bunga melati disematkan menjuntai dari kepalanya.

Lantunan sholawat pun bergema ketika mempelai pria telah sampai di rumah menpelai putri .

  Akad nikah pun dimulai, Pak Rusydi bertindak sebagai wali yang meng-akadkan putrinya.

Suasana hening dan khidmat, ketika kalimat ijab usai dibacakan, Fahmi pun menjawabnya dengan lugas dan tegas .

" Qobiltu nikachaha wa tazwijaha bil mahril madzkur ",  

Jawab Fahmi.

Dina menitikkan air mata, ia telah sah dan resmi menjadi Nyonya Fahmi.

Untaian doa pun dipanjatkan untuk

 mempelai berdua, usai berdoa Pak Rusydi memeluk Fahmi dengan erat.

" Ayah titip putri Ayah ya nak, tolong jaga dia dengan baik, Dina anak yang sangat patuh dan tak pernah membantah kepada kami orang tuanya, Tolong bahagiakan dia " , 

Bisik Pak Rusydi.

“ Inggih Ayah “ ,

Jawab Fahmi.

Gema sholawat dibacakan ketika kedua pengantin dipertemukan , detak jantung Fahmi bekerja lebih cepat manakala untuk pertama kalinya ia berjumpa dengan istrinya yang begitu cantik, 

Dina segera mencium tangan suaminya yang begitu dingin untuk pertama kalinya, keringat dingin bercucuran dari sela-sela rambut Fahmi ia nampak begitu gugup.

Laki-laki itu membelai lembut kepala istrinya seraya merapalkan doa-doa.

Kemudian Fahmi segera membacakan Sholawat Munjiyat sebagai mahar yang diminta oleh Dina.

 Dina pun meng-amini dengan penuh haru, 

Fahmi menyerahkan mahar uang tunai kepada Dina, ia memilih angka cantik 2228 sebagai lambang usia mereka.

Fahmi tak dapat mengendalikan detak jantungnya ketika untuk pertama kalinya ia diminta untuk berpose memeluk istrinya, hingga Dina pun dapat merasakan detakan itu dipunggungnya, meski ia juga gugup namun Fahmi jauh lebih gugup.

Kedua pengantin pun bersanding di pelaminan, Fahmi menyematkan cincin perkawinan di jari manis Dina.

Mau'idzoh hasanah yang disampaikan oleh KH. Anwar Zahid dari Bojonegoro tak pelak membuat Fahmi tak mampu menahan tawa karena pesan-pesan yang disampaikan dengan penuh humor.

" Selamat ya Gus  akhirnya jodoh beneran ", 

Ucap Danil seraya  memeluk erat pengantin pria.

" Terima kasih banyak ya Bro, aku nyesel udah nolak usulanmu waktu itu " , 

Ucap Fahmi.

Latifah pun memeluk Dina ,

 " Selamat ya sayang akhirnya resmi  jadi Nyonya Fahmi " .

"Terima kasih banyak Mbak" 

" Gimana nikah itu membahagiakan bukan ? ",

Tanya Danil.

" Enggak, jujur aku menyesal ", 

Ucap Fahmi dengan mimik serius.

Danil,  Latifah begitu juga dengan Dina terkejut dengan kata-kata Fahmi .

" Maksudnya Gus ? ",  

Tanya Danil terkejut.

Fahmi merangkul Dina, 

"Iya nyesel kenapa nggak dari dulu hahaha " 

“ Masya Allah jenengan ini Gus ada-ada saja “, 

Ujar Latifah.

Mereka pun tertawa bahagia. 

Tepat pukul. 13.00, Rangkaian acara siang itu telah usai, kedua pengantin itu pun menjalani beberapa sesi pemotretan, dan pada saat diminta untuk saling bertatap-tatapan keduanya nampak canggung .

" Hello kalian kok tegang banget gitu sih ? Santai dong , ayo cemistrynya dibangun dong , sayang nih sekali seumur hidup ", 

Tegur Diyah.

Fahmi pun teringat akan gaya Dina tiap kali melihatnya datang, laki-laki itu pun menaruh jari telunjuknya diujung bibirnya, Dina pun tersenyum .

 “ Oke Take ! “ .

" Nah gini dong ! ".

" Lagi dong, Dinda gini juga kayak biasanya"

Pinta Fahmi " .

Dan sesi pemotretan selesai .

" Dik kita pulang dulu ya "

Pamit Ella .

" Loh Ami kok ditinggalin sih ummah, kasihan kalau ditinggal sendiri " 

Ucap Zidan.

Zidan bocah 4 tahun putra Ella, memang sangat begitu dekat dengan Fahmi, 

Ami adalah sebutan berarti paman dalam bahasa arab.

" Ami nggak sendiri Zidan, Ami udah ada temennya sekarang, nih Ammah Dina" 

" Enggak pokoknya Zidan maunya disini sama Ami "

Rengek Zidan.

Fahmi yang sedari awal merasa gugup menyetujui usul Zidan,

 " Iya, Iya , Zidan nginep sini ya bobo' sama Ami  “, 

Ucap Fahmi .

"Tuhh kan sama Ami boleh"

Dina tersenyum melihat tingkah keponakannya itu.

"Pokoknya nggak boleh " 

Jawab Ella.

Anak kecil itu pun mulai menangis .

" Udah nggak apa-apa mbak, Zidan biar disini saja dulu ", 

Pinta Fahmi.

Ella menggelengkan kepalanya, 

" Duh bener-bener ini Aminya ", 

Gerutu Ella .

Ia pun mendapat ide , 

"Eh .. Zidan , Zidan kan bilang pingin punya adik ya?“

Bocah itu pun mengangguk 

 " Nah Zidan pulang dulu ya, nanti biar dibikinin adik sama Ami  sama Ammah ",

Ujar Ella.

Zidan pun menurut , 

"Bikinin adik ya Ami ! " 

Ucap Zidan polos.

Fahmi pun segera membelalakkan matanya ke arah Ella, tak pelak Ella pun tertawa sejadi-jadinya sembari segera melangkah pergi meninggalkan pengantin baru tersebut.

" Pengantinnya istirahat dulu ya, kan capek, nanti malam masih banyak acara lagi ", 

Ucap Vina.

Ia pun segera keluar dari kamar pengantin, Vina melihat Fahmi yang tampak begitu gugup.

" Tenang saja Gus, Adik saya nggak gigit kok "

Canda Vina sembari menutup pintu.

" Aduuuh Mbak Vinaaaa "

 Dina berkata dalam hati.

Tinggallah mereka berdua didalam kamar, aroma melati menguar begitu kuat memenuhi ruangan yang dikelilingi tirai putih, dan diatas ranjang dipenuhi bunga melati.

Fahmi benar- benar gugup , hatinya pun berbantah-bantahan .

" Haduuuh Ya Allah, biasanya kalau gugup gini baca sholawat yang banyak, biasanya udah tenang, lha ini kok malah makin jadi gini, Allah... Tolonglah hambamu ini " .

Fahmi mengamati jam tangannya,

 "Kita sholat dulu yuk Dinda" Ajak Fahmi.

" Dina mau ganti baju dulu Mas ",  

Jawab Dina.

" Oh iya " .

Laki-laki itupun segera keluar dari kamar, lima belas  menit kemudian Fahmi kembali masuk ke dalam kamar Dina, dilihatnya sang istri tengah sibuk mengikat rambutnya.

Menyadari Fahmi datang, Dina buru - buru memakai jilbabnya yang telah ia siapkan.

Fahmi tertawa gemas melihat tingkah istrinya .

" Masak iya sih mas nggak boleh lihat kecantikan Dinda yang sebenarnya ? ", 

Ucap Fahmi.

Dina menjadi salah tingkah , Fahmi mendekat , ia melepas jilbab segi empat yang menutupi rambut panjang istrinya , lantas melepas ikatan rambutnya .

" Begini lebih cantik " 

Ucap Fahmi .

Sementara Dina benar-benar gugup, untuk pertama kalinya ia harus menanggalkan hijabnya didepan seorang lelaki.

“ Oh iya ini gimana ? Boleh Mas yang memakaikan ? “

Tanya Fahmi sembari menunjuk kotak perhiasan berbentuk hati berwarna putih yang tergeletak di atas meja rias.

Dina mengangguk pasrah, rasa gugupnya kian menjadi

Fahmi menghadiahkan satu set perhiasan lengkap untuk istrinya, pada saat acara berlangsung tadi ia hanya menyematkan cincinnya saja di jari tengah Dina.

Fahmi pun segera membuka kotak perhiasan tersebut kemudian mengambil sebuah kalung dengan hiasan insial namanya dan nama Dina.

Laki-laki itu pun bersiap untuk mengalungkannya di leher istrinya, dan ketika tangan laki-laki itu semakin dekat Dina merasa geli.

“Loh kok malah mundur ?“ ,

Tanya Fahmi heran.

Dina hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

“Kenapa ? Nggak suka ya ?“ 

Tanya Fahmi.

“ Bukan begitu Mas, Dina geli “ 

Jawab Dina .

Fahmi tersenyum.

“ Pantes dapet suami cakep kayak aku, ternyata Dinda suka gelian juga “,  

Ucap Fahmi.

“ Ih Ge-er “,  

Sambut Dina seraya tertawa kecil.

“ Ya udah sini  “ 

Ujar Fahmi.

Dina pun menyerah, ia singkap rambutnya keatas, hingga menampakkan leher panjangnya

Tangan Fahmi pun sibuk mengkaitkan kalung tersebut di leher istrinya, kemudian ia memasang anting-anting di teling Dina, dengan melepas anting-anting yang sebelumnya dikenakan oleh Dina.

Dan terakhir ia pun melingkarkan gelang rantai emas bermotif  hati di tangan kanan Dina.

“ Nah kalau begini jadi semakin Cantik bukan ? “,

Puji Fahmi.

Dina tersenyum riang 

“Terima kasih Mas “.

" Ya udah kita sholat dulu yuk ?! ",  

Ajak Fahmi.

Dina mengangguk, mereka berdua pun melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah untuk pertama kalinya .

Usai Sholat Dina buru-buru hendak keluar kamar .

" Mau kemana sayang? " ,

Tanya Fahmi.

" Mas Fahmi belum makan siang " .

" Maaf sayang Mas lagi puasa , kalau Dinda mau makan siang silahkan " .

" Dina juga puasa Mas " .

" Ya udah disini saja " , 

Pinta Fahmi.

Dina melihat tas ransel hitam yang berada di samping lemari.

" Ini tas bajunya Mas Fahmi ya? ".

" Iya sayang " .

" Dina minta izin buat mindahin di lemari ya ? " .

Fahmi tersenyum, ia bangkit dari duduknya lalu mengambil tas ranselnya, dia ingat sesuatu. 

" Sebentar sayang, Mas punya kado spesial buat Dinda " .

Ia membuka resleting tasnya , 

" Tutup mata dong ?! " ,

Pinta Fahmi.

" Nggak ah Dina takut ", 

Jawab Dina dengan senyum manisnya.

"Hah, takut ? Takut kenapa?" 

Dina menggeleng sembari tersenyum .

" Santai saja, aku nggak doyan daging manusia, lagi puasa juga " , 

Ujar Fahmi .

Dina tersenyum, ia pun menutup kedua matanya .

" Nah gitu dong " .

Fahmi mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang.

" Udah boleh buka mata ", 

Ucapnya.

Ia pun memberikan kotak tersebut kepada Dina.

" Masya Allah Mas, Mas udah banyak ngasih semuanya ke Dina, ini apalagi Mas ?" .

Dina merasa tak enak hati.

" Buka dong sayang ?! ", 

Pinta Fahmi.

Dina pun membuka kotak tersebut yang ternyata berisi smartphone baru untuknya .

" Ya Allah Mas, kenapa repot-repot gini sih ? ".

" Nggak apa- apa, ini buat Dinda, eh foto bareng yuk? “ 

Ajak Fahmi.

Mereka berdua asyik berselfie ria .

" Terima kasih banyak ya mas " .

“ Sama- sama Dinda “.

" Mas " 

Panggil Dina.

" Iya ".

" Dina minta ridho Mas Fahmi atas segala sesuatu yang akan Dina lakukan ".

" Iya sayang, Mas juga minta segala keikhlasan Dinda atas semua yang akan Mas lakukan, Mas juga minta maaf karena ada satu  hal yang belum bisa Mas lakukan, Mas tau itu adalah kewajiban dan hak Dinda, tapi maaf sekali lagi karena Mas hanya ingin melakukannya atas dasar cinta yang tulus, bukan hasrat semata, Mas ingin kita melakukan itu atas dasar keikhlasan bukan keterpaksaan " .

" Iya Mas Dina faham ", 

Jawab Dina.

" Dina juga minta maaf ya Mas, karena disini cuma ada satu ranjang dan nggak ada sofa, jadi nanti malam biar Dina yang tidur di lantai saja ya, biar Mas Fahmi aja yang tidur diatas ranjang, Dina nggak apa - apa kok " .

" Hmmmm... ini pasti Dinda kebanyakan baca novel yang suaminya ogah sama istrinya , iya kan ? " , 

Tanya Fahmi.

Dina terdiam .

" Sayang kita ini nggak lagi musuhan, meski  Mas belum Cinta Dinda, tapi Mas nggak benci sama Dinda " 

Jelas Fahmi .

" Atau gini aja, kita switan, kalau Dinda menang kita tidur dilantai semua, tapi kalau Mas menang kita tidur diatas ranjang semua, gimana ? ",  

Usul Fahmi .

Dina tertawa , 

" Itu mah sama aja Mas " .

" Makanya kenapa juga bobo'nya pisah-pisah nanti yang ada orang lain curiga lagi ",  

Jawab Fahmi.

Adzan maghrib telah berkumandang, Dina segera mempersiapkan menu buka puasa bersama suaminya.

" Makanannya dibawa ke kamar saja Nak, disini banyak tamu, khawatir Nak Fahmi malu “ ,

Nasihat Bu Hanifah .

" Baik Bu " 

Sahut Dina.

Dina pun membawa nampan makanan menuju kamarnya , 

Fahmi tengah sibuk mengamati buku nikah yang baru siang tadi ia dapatkan.

" Alhamdulillah akhirnya punya juga buku kayak gini" 

Ucap Fahmi senang.

Dina tersenyum menatap suaminya .

" Buka puasa dulu yuk Mas ?! " 

Ajak Dina .

" Oh iya sayang " .

Fahmi pun segera meneguk air putih setelah membaca basmalah.

" Alhamdulillah buka puasa pertama bareng istri ",  

Ucap Fahmi dengan senyum manisnya.

" Dinda diatas alis Mas ada apa ya ? ",  

Tanya Fahmi .

Dina pun melihat wajah suaminya dengan seksama, Fahmi yang duduk disampingnya tiba- tiba mencium pipinya.

" Mas Fahmi " , 

Ujar Dina, seketika wajahnya memerah.

" Buka puasa itu sunnah diawali dengan yang manis-manis, Dinda kan manis " , 

Rayu Fahmi.

" Curang " 

Jawab Dina .

Fahmi tertawa riang usai melakukan aksinya dan berhasil membuat istrinya tersipu malu.

Setelah melaksanakan sholat Maghrib acara resepsi digelar dirumah Dina, 

Rekan-rekan RS. Asy-Syifa' bergantian menghadiri acara pernikan Fahmi dan Dina, wajah bahagia terpancar dari keduanya, tak ada lagi rasa canggung seperti sebelumnya.

Tepat pukul  22.00 acara pun usai, 

Dina masih menemui rekan-rekannya yang baru hadir, 

Fahmi memutuskan untuk istirahat di kamar, setengah jam kemudian Dina pun masuk kedalam kamar, dilihatnya sang suami yang telah tertidur .

Gadis itu pun segera menuju ke kamar mandi karena ia belum melaksanakan sholat Isya' .

Fahmi terbangun, handphonenya berbunyi .

" Hallo ! Iya iya saya segera kesana ",  

Ucap Fahmi..

Laki- laki itu pun segera bangkit, ia menuju ke kamar mandi, usai sholat Dina terkejut mendapati suaminya telah berpakaian rapi .

" Maaf sayang aku harus segera pergi ke rumah sakit, ada hal darurat ",  

Ujar Fahmi.

" Sekarang Mas ? " , 

Tanya Dina .

" Iya, Dinda cepet istirahat ya, Mas pergi dulu ",  

Ujar Fahmi .

Dina sadar, suaminya adalah seorang dokter, sekaligus kepala rumah sakit Asy-Syifa, maka sewaktu-waktu ia harus siap ditinggalkan bahkan disaat seperti saat ini .

" Hati- hati ya Mas " .

" Iya " , 

Jawab Fahmi.

Laki-laki itupun keluar dari kamar, terdengar suara Bu Hanifah dan yang lain mencoba mencegah kepergiannya, tapi tetap saja, Fahmi harus pergi.

"Kamu mau kemana Nak? " .

" Maaf Ibu ada hal darurat, saya harus pergi " .

" Tapi ini sudah malam, apa tidak bisa diwakilkan ? lagipula ini malam pengantinmu ?".

" Maaf  Ibu tidak bisa ", 

Jawab Fahmi.

“ Ngapunten saya harus segera pergi “ 

Ujar Fahmi lagi sembari mencium tangan ibu mertuanya.

Bu Hanifah menemui putrinya, 

" Bagaimana ini Nak ? Bukankah malam ini malam pengantin kalian ? ".

" Tidak apa-apa ibu, memang sudah resiko mempunyai suami seorang dokter " 

Jawab Dina mencoba menenangkan ibunya.

" Yang sabar ya Nak " , 

Ucap Bu Hanifah nampak kecewa .

'”Tidak apa- apa ibu " , 

Jawab Dina.

Fahmi segera mempercepat langkahnya keluar dari rumah Dina, ia berlari kecil sampai ujung gang menemui seseorang yang sedang duduk-duduk diatas motornya.

" Gimana To ? " .

" Ini Gus " 

Jawab Anto.

Anto sopir ambulance di rumah sakit itu menyerahkan bucket bunga kepada Fahmi.

" Makasih ya To atas bantuannya , ini buat kamu",  

Ujar Fahmi seraya menyerahkan sebuah amplop berisi uang kepada Anto.

"Terima kasih banyak Gus" .

“ Iya sama-sama “.

Fahmi pun segera kembali ke rumah , tampak Bu Hanifah sedang berbincang dengan Pak Rusydi .

" Lhoh Nak nggak jadi pergi ? Katanya ada yang darurat ? " , 

Tanya Pak Rusydi.

" Iya ini yah yang darurat, tadi ketinggalan di mobil Mbak Ella " , 

Ucap Fahmi sembari menunjukkan bucket bunga mawar berwarna pink kepada mertuanya .

Pak Rusydi tersenyum begitu juga dengan Bu Hanifah.

" Kamu ini ada-ada saja "

Ucap bu Hanifah.

" Ngapunten Ibu " , 

Ujar Fahmi sembari tersenyum ia merasa bersalah telah membohongi mertuanya.

" Oh ya Nak sebentar ya ", 

Ujar Pak Rusydi .

Ayah Dina pergi menuju ke dapur, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa secangkir kopi .

" Ini Gus kopi Arab dengan ramuan spesial , monggo diminum " .

Aroma rempah-rempah begitu kuat tercium .

" Ini khasiatnya luar biasa " ,

Ujar Pak Rusydi.

Fahmi pun segera meminumnya hingga habis tak bersisa, 

Ayah Dina tersenyum senang.

" Maaf Ayah saya mau pamit istirahat dulu ", 

Ujar Fahmi .

" Iya mari silahkan " .

Fahmi pun bergegas kembali ke kamar Dina ,ia pun masuk ke dalam kamar  

" Loh Mas ? Kok udah balik ada yang ketinggalan ya ?“  

Tanya Dina.

Fahmi tersenyum mendekati istrinya.

" Iya hatiku ketinggalan disini " , 

Goda Fahmi.

Dina begitu anggun memakai gamis putih pemberian Fahmi.

" Tadi katanya ada yang darurat ? ",  

Tanya Dina mulai gugup.

Fahmi menyerahkan bucket bunga yang sedari tadi disembunyikannya kepada istrinya.

“ Ini yang darurat suster “ ,

Ujar Fahmi.

" Usil banget sih Mas ", 

Protes Dina.

Fahmi tertawa senang.

" Tadi bunga ini memang sudah kubawa taunya dibawa Zidan jadi ketinggalan di mobil  ", 

Jelas Fahmi .

" Malam ini Dinda cantiiiiiiik sekali " , 

Puji Fahmi.

Dina tersipu malu ia berbalik membelakangi Fahmi , 

Fahmi pun melingkarkan kedua tangannya di pinggul Dina , dan ia membenamkan dagunya di bahu Dina, harum tubuh Dina tercium olehnya .

" Dinda , Aku sayang kamu "

Ungkap Fahmi.

Jantung Dina berdetak cepat.

 " Dina juga sayang mas Fahmi " 

Jawab Dina .

" Terima kasih Dinda ".

Fahmi menuntun istrinya menuju ranjang.

" Sekarang kita istirahat dulu yuk ? " , 

Ujar Fahmi sembari mengenggam erat tangan Dina.

" Oh iya Mas pengin denger suara merdu Dinda bawain lagu sholawat kayak waktu itu ".

" Enggak ah, Dina malu " ,

Jawab Dina menolak.

" Kenapa musti malu ? " ,

Tanya Fahmi.

Fahmi memperdengarkan sebuah lagu favoritnya dari hanpdhonnya, lagu  berjudul  “Shooq “ yang berarti Rindu milik Ismail Mubarok .

"Dina tahu lagu ini nggak ?" 

" Ini lagu kesukaan Dina Mas " .

" Berarti bisa dong " .

" Dina malu "    .

" Sayang please, ini kan malam pernikahan kita kalau Dinda nyanyi buat mas, Dinda dapat pahala besar lhoh " , 

Ujar Fahmi.

Dina pun menuruti keinginan suaminya, ia pun melantunkan lagu yang mengutarakan tentang Kerinduan, 

Fahmi menikmati suara istrinya yang begitu merdu, hingga ia terlelap dipangkuan istrinya.

 Dina membelai lembut rambut suaminya, wanginya tercium begitu lekat, 

Dina benar-benar tak pernah mengira Fahmi yang dulu begitu dingin , sekarang begitu ramah dan manja.

Tiba-tiba Fahmi kembali membuka kedua matanya.

“ Maaf ya sayang, mas ketiduran “ , 

Ujar Fahmi.

Laki-laki itu segera bangkit dari ribaan istrinya, kemudian ia duduk disamping istrinya, Fahmi menggenggam erat jari jemari istrinya yang lentik, kemudain menciumnya cukup lama.

“ Terima kasih banyak ya sayang, karena Dinda sudah bersedia menerimaku dan juga memberi kesempatan kepadaku untuk belajar mencintai Dinda, mengenal  Dinda lebih dekat “ , 

Ujar Fahmi.

“ Sama – sama mas “ 

Jawab Dina singkat.

“ Ya udah kalau begitu kita sholat sunnah dulu yuk, habis itu baru beristirahat “

Ajak Fahmi.

“ Baik Mas “,  

Jawab Dina.

Malam itu mereka melaksanakan sholat sunnah berjama’ah.

Usai sholat Fahmi berdoa memohon kepada Allah SWT agar pernikahannya dengan Dina langgeng hingga di surga-Nya, mendapat ridho-nya, dipenuhi kasih sayang dan barokah.

Selesai sholat, Fahmi menuntun istrinya menuju tempat tidur untuk segera beristirahat.

“ Mas boleh nggak meluk Dinda ? “,  

Tanya Fahmi dengan penuh keragu-raguan.

Dina mengangguk cepat, ia teringat kata-kata Nabila kakak Fahmi, jika sebenarnya laki-laki yang selama ini ia kenal sebagai lelaki yang begitu dingin, nyatanya ia adalah sosok seseorang yang teramat manja, 

Fahmi pun memeluk Dina dengan erat, tiba-tiba bayang-bayang Noval muncul dalam benaknya, ingatannya kembali pada peristiwa di rumah sakit beberapa waktu yang lalu, dadanya bergemuruh, air matanya pun jatuh berderai, ia merasa bersalah, 

Dina merasakan ada tetesan hangat membasahi pundaknya, ia pun segera melepaskan pelukan suaminya.

“ Mas, mas Fahmi menangis ? “ , 

Tanya Dina sembari menatap wajah suaminya.

“ Maaf sayang, mas minta maaf, mas tiba-tiba ingat dengan perlakuan kasar Noval terhadap Dinda, kalau saja waktu itu mas segera melamar Dinda sebelum berangkat menunaikan ibadah hajji mungkin semua itu tidak perlu terjadi “,  

Jelas Fahmi.

Dina mengusap air   mata suaminya, 

“ Tidak ada yang perlu dimaafkan, semua itu bukan salah mas “.

“ Ya sudah kita istirahat yuk ?! Besok masih banyak acara lagi “ , 

Ajak Fahmi.

Dina menganggukkan kepalanya, 

Malam itu Fahmi membelai lembut kepala istrinya sembari melafalkan sholawat, ia biarkan istrinya tidur besandar meringkuk didadanya. 

“ Meski aku masih belum bisa mencintaimu, tapi aku akan berusaha untuk selalu membahagiakanmu sayang“,  

Janji Fahmi didalam hatinya.


Next part 24

💖🕸️🕸️💖

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ULANGAN HARIAN PRAKARYA KERAJINAN FUNGSI PAKAI DAN FUNGSI HIAS

Letak dan Luas Indonesia

Pengolahan dan Proses Produksi Kerajinan Bahan Limbah Keras